KONAWE, KENDARIPOS.COM – Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka, secara resmi membuka Musyawarah Adat Tolaki ke-V yang digelar oleh Dewan Pengurus Pusat Lembaga Adat Tolaki (DPP LAT), Jumat (16/5/2025).
Bertempat di Rumah Adat Tolaki Laika Mbu’u, Unaaha, Kabupaten Konawe, kegiatan ini dihadiri ratusan peserta dari seluruh wilayah Sultra, mulai dari pengurus LAT, tokoh adat, hingga jajaran pemerintah pusat dan daerah.
Dengan mengusung tema “Medulu Mepokoaso” yang berarti bersatu dan berkarya, musyawarah ini menjadi panggung penting untuk memperkuat sinergi antara adat dan pemerintahan dalam membangun Sultra yang lebih maju tanpa meninggalkan akar budaya.
Gubernur: LAT Mitra Strategis Pembangunan
Dalam sambutannya, Gubernur Sumangerukka menyampaikan apresiasi atas semangat kebersamaan yang ditunjukkan seluruh peserta. Ia menekankan bahwa Lembaga Adat Tolaki bukan hanya pelindung nilai budaya, tapi juga mitra strategis pemerintah dalam memperkuat jalinan sosial dan pembangunan daerah.
“LAT harus menjadi garda terdepan dalam menyuarakan kepentingan masyarakat adat, dan hukum adat Kalosara harus diakui sebagai bagian dari sistem hukum nasional,” tegasnya.
Gubernur juga mengajak LAT untuk terus berinovasi, khususnya dalam memberdayakan ekonomi masyarakat melalui pendekatan budaya dan kearifan lokal.
Pawai Budaya Jadi Pembuka Meriah
Sebelum musyawarah dimulai, ribuan warga memenuhi jalanan Kota Unaaha untuk menyaksikan Pawai Budaya Nusantara dalam rangka HUT ke-65 Kabupaten Konawe. Acara ini menjadi pembuka yang spektakuler, menampilkan lebih dari 5.000 peserta dari 93 kelompok etnis dengan busana adat dan atraksi seni yang mencerminkan kekayaan budaya Sultra.
Pawai dimulai dari Kantor Bupati Konawe dan berakhir di Rumah Adat Laika Mbu’u dengan rute sejauh dua kilometer, disambut meriah oleh ribuan penonton dari berbagai penjuru.
“Budaya Tolaki tidak hanya bertahan, tetapi juga terus berkembang dan menyatukan masyarakat,” ujar Bupati Konawe, H. Yusran Akbar, yang juga menyampaikan sambutan dalam acara pembukaan.
Tokoh Adat dan Pejabat Daerah Hadir
Hadir dalam pembukaan musyawarah ini jajaran Forkopimda Sultra, Bupati/Wali Kota se-Sultra, Kabiro Pemerintahan Kemendagri Asmawa Tosepu, serta tokoh adat dan pemuka masyarakat dari berbagai kabupaten.
Ketua DPP LAT dalam laporannya menyebutkan bahwa musyawarah ini menjadi forum penting untuk menyusun arah kebijakan pelestarian budaya, penguatan hukum adat, serta peningkatan peran LAT sebagai lembaga strategis dalam pembangunan.
“LAT harus progresif, namun tetap berpijak pada nilai-nilai luhur. Salah satu fokus kami adalah mendorong integrasi hukum adat dalam kebijakan daerah, terutama terkait pengelolaan sumber daya alam,” tegasnya.
Rumah Adat Laika Mbu’u, Simbol Sejarah dan Martabat
Dipilihnya Rumah Adat Laika Mbu’u sebagai lokasi kegiatan bukan tanpa alasan. Tempat ini menyimpan nilai historis yang tinggi, karena juga merupakan kompleks pemakaman Permaisuri Raja Lakidende — tokoh sentral dalam sejarah Tolaki.
“Di sinilah akar kita. Kita kembali ke titik awal, untuk bersama-sama merancang masa depan yang tidak tercerabut dari jati diri,” ucap salah satu sesepuh adat dalam sesi doa pembukaan.
Tiga Hari Musyawarah, Bahas Strategi Budaya 2025–2030
Musyawarah Adat Tolaki ke-V akan berlangsung selama tiga hari ke depan, dengan agenda utama meliputi:
• Penyusunan strategi kebudayaan Tolaki tahun 2025–2030
• Penguatan kelembagaan adat dan hukum Kalosara
• Pemilihan pengurus LAT periode selanjutnya
Hasil musyawarah ini diharapkan menjadi panduan strategis bagi pemerintah dan masyarakat adat dalam memajukan Sulawesi Tenggara secara berkelanjutan, berakar budaya, dan berpandangan jauh ke depan, : laporan redaksi